Bullying di kampus merupakan masalah yang sering terjadi dan merugikan bagi para mahasiswa. Perilaku ini dapat berupa intimidasi, pelecehan, atau perlakuan kasar yang dilakukan secara terus-menerus terhadap seseorang. Contoh bullying di kampus sangat beragam, mulai dari ejekan, pencemaran nama baik, hingga pemukulan.
Salah satu contoh bullying di kampus adalah ketika seorang mahasiswa secara terus-menerus diejek oleh teman-temannya karena penampilannya yang berbeda. Hal ini dapat membuat korban merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri, bahkan berpotensi mengalami depresi. Selain itu, bullying juga dapat terjadi dalam bentuk pelecehan seksual, di mana korban merasa tidak aman dan terancam di lingkungan kampus.
Perilaku bullying di kampus harus segera dihentikan karena dapat berdampak negatif bagi kesejahteraan mental dan emosional korban. Menurut penelitian oleh Yanuarti dan Sumarsono (2017), bullying di kampus dapat menyebabkan stres, gangguan tidur, depresi, dan bahkan memicu tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, penting bagi seluruh pihak di lingkungan kampus untuk bersikap nol toleransi terhadap perilaku bullying.
Untuk mencegah dan mengatasi bullying di kampus, diperlukan kerjasama dari seluruh elemen kampus, baik mahasiswa, dosen, maupun pihak administrasi. Pembentukan kebijakan yang jelas terkait dengan perlindungan terhadap korban bullying dan sanksi bagi pelaku perlu dilakukan. Selain itu, perlu adanya sosialisasi dan edukasi mengenai bahaya bullying serta pentingnya menjaga sikap hormat dan empati terhadap sesama.
Dengan adanya kesadaran dan tindakan bersama, diharapkan bullying di kampus dapat diminimalisir dan menjadi lingkungan yang aman dan nyaman bagi seluruh mahasiswa. Mari kita bersama-sama berperan aktif dalam memberantas perilaku bullying dan menciptakan kampus yang inklusif dan ramah bagi semua individu.
Referensi:
Yanuarti, R., & Sumarsono, S. (2017). Hubungan antara Bullying dengan Depresi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi. Jurnal Psikologi UMM, 4(1), 1-12.
